IBX5980432E7F390 Bromo Here We Go - RanselDanKoper

Bromo Here We Go

Pada tanggal 9 - 12 Mei 2013 ada long weekend, alias ada harpitnas yang bisa dipakai untuk travelling. Kami merencanakan perjalanan ini sejak bulan Januari 2013 dengan memulai langkah pertama yaitu memesan tiket pesawat. Tujuannya adalah Bromo dan Kawah Ijen di Banyuwangi. Mata mana yang tidak tergoda melihat view seperti ini.


 Pananjakan View

9 Mei 2013, Kamis
Inilah hari yang ditunggu. Saatnya terbang lagi, setelah minggu pertama April kemarin terbang ke Denpasar bersama keluarga.

  Terminal 1 Soetta

Pagi Hari jam 05.15 aku diantar adikku dengan motor kesayangannya menuju terminal 1 Soetta. Perjalanan melintasi Jl. Daan Mogot di pagi hari sungguh lenggang. Perjalanan ditempuh cukup cepat, karena jam 06.00 aku sudah sampai diterminal 1 Soetta.
Check-in pesawat adalah sesuatu yang menyebalkan. Pagi ini counter-counter check-in Sriwijaya sungguh terlalu penuhnya. Waktu kurang 40 menit lagi sebelum take-off dan antrian panjang sekali. Masukkan bagasi dan aku dapat seat 21A flight SJ250 lalu aku lanjut ke counter airport tax. Duduk sebentar di gate B4 dan panggilan boarding melalui PA sudah membahana.

Foto udara, Awan dan Semeru
 
Udara cerah dan nyaman sekali untuk terbang. Aku terbang di ketinggian 32.000 kaki, dengan menggunakan Boeing 737-300. Sudah lama tidak terbang menggunakan Boeing, seingat aku adalah ketika menggunakan GA dalam flight JKT-PDG PP dengan Boeing 737-800. Perjalanan Jakarta ke Malang ditempuh 1 Jam 20 menit.

Mendekati saat-saat landing, kurang lebih 30 menit sebelum touchdown di bandara. Aku dimanjakan dengan pemandangan pegunungan Jawa Timur yang terpampang indah sekali. Bahkan aku bisa melihat Semeru dari ketinggian. Hanya bisa berdecak kagum melihat keindahan Semeru dari sebuah Boeing. Mendarat dengan Smooth.

Bandara Abdul Rahman Saleh malang

 Boeing 737-300 di Malang   

3 pax yang lain terbang menuju Malang dengan si-delay G*ruda Ind*nesia. Delaynya tidak tanggung-tanggung lebih dari 2 jam. Walhasil aku mengeksplorasi bandara Abdulrahman Saleh ke setiap sudut-sudutnya. Begitu Mendarat hal pertama yang dilakukan adalah cari makan dan kopi.

Sarapan khas Jawatimuran, yummy

Setelah Clear bagasi, keluar dari gedung bandara yang kata teman aku tidak lebih bagus dari puskesmas diJakarta (upps no offense). Aku Menemukan deretan kios-kios makan dan minum yang tertata rapih dan bersih. Akhirnya aku putuskan untuk menikmati nasi rawon dan kelapa Jeruk. Duduk di bagian luar kios sambil melihat siluet gunung-gunung dengan udara yang fresh itu sesuatu sekali. Sehabis makan tidak lupa menikmati kopi tubruk java yang kerasnya luar biasa. Tapi memang begitulah kopi. Tidak lupa disempatkan untuk membaca buku si Master Right!

Setelah bosen dikios Rawon ini, aku bergeser ke kios yang paling ujung, yang berseberangan dengan musholah. Yaitu Alfamart yang menyediakan bangku ala cafe didepannya. Ini mungkin pelayananan Alfamart yang paling ramah yang pernah aku temui. Duduk sebentar sambil menunggu adzan Dzuhur sambil menikmati minuman dingin. Selepas Dzuhur singkat cerita Garuda yang membawa 3 pax teman-temanku mendarat.

MENUJU CEMOROLAWANG
4 pax sudah berkumpul sempurna. Tinggal melanjutkan dengan APV menuju cemorolawang. Driver yang membawa 4 pax ini talkative sekali. Bahkan si Driver punya website dan menjual website pariwisata tentang bromo senilai 20juta rupiah. Aku saja yang pekerja IT belum pernah ada project website sedemikian besarnya. 

Perjalanan menuju Lava View Lodge di Cemorolawang dari Malang sedikit memutar, karena dari Malang kita menembus Probolinggo menuju Tongas dan mulai menanjak meliuk-liuk di wilayah Sukapura hingga sampai dititik tertinggi penginapan yang ada diwilayah Bromo.


 Lava View Lodge



 View Depan Kamar Lava Lodge

Bermalamlah kami berempat di Lodge tertinggi di Bromo Dengan view depan kamar adalah mt. Batok yang luar biasa indahnya. Bersenandung dalam hati, suatu saat aku akan kembali kesini lagi. Satu malam adalah kurang.

PANANJAKAN
Kami dibangunkan oleh petugas hotel jam 03.30, untuk melanjutkan perjalanan ke Pananjakan dan Bromo. Perjalanan menggunakan Hardtop tahun 1977 4x4. Karena memang medannya yang berat mobil biasa tidak diizinkan. Didinginnya dini hari, kami berangkat menuju Pananjakan demi mengejar sang fajar.
 
TOYOTA HARDTOP 77 4x4
 
GERBANG MASUK PANANJAKAN


SANG FAJAR

30 menit lagi menuju sang fajar terbit, kami sudah di Pananjakan. Saran aku adalah kalau bisa jam 04.00 sudah stand-by di Pananjakan. Karena penuh dan arealnya sempit. Tidak mau dong liburan kita hanya diisi dengan melihat punggung saja. Matahari terbit dari sebelah kiri anjungan yang disediakan di Pananjakan. Matahari keluar dengan cantiknya.

 SETIAP MATA TERTUJU PADANYA

Kami memang mujur, karena menurut informasi baru hari ini pemandangan Bromo, Batok dan Semeru se-clear ini. Beberapa hari yang lalu selalu diliputi kabut. Terus mengucap syukur ketika melihat lukisan sang Pencipta yang luar biasa indahnya. Super Sekali!.  

Setelah puas foto-foto di Pananjakan, kita melanjutkan Sarapan di kios-kios yang tertata rapih di dekat gapura selamat datang di Pananjakan. Menu favorit dikios tersebut adalah Kopi dan Pisang goreng. Nikmatnya tidak ada bandingnya.

BERKUDA DI BROMO
Perjalanan dilanjutkan dengan Jeep menuju gurun pasir satu-satunya di Indonesia untuk menuju Gunung Bromo.

Gurun Pasir



 Menuju Kawah Bromo

Setelah berkuda,  dilanjutkan meniti tangga yang berjumlah 250 anak tangga. Saatnya menyiapkan stamina. Diantara dingin pegunungan, teriknya matahari dan hembusan pasir. Lumayan melelahkan. Tapi ini sepadan dengan pemandangan kawah Bromo yang aku lihat.




 KAWAH GUNUNG BROMO

Setelah mencapai titik tertinggi Gunung bromo dan berhasil menyaksikan kawah Bromo yang masih aktif, saatnya turun menyusuri tangga menuju jeep untuk kembali ke Lava View Lodge.





SAVANA DAN TELETUBBIES

Setelah sampai di Lava Lodge, kami sarapan sebentar dan melakukan proses check-out. 3 pax temanku melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen di Banyuwangi dan aku harus kembali ke Malang. Menurut informasi petugas Lodge sebelumnya, untuk kembali ke Malang paling cepat adalah naik ojek dan melewati hutan belantara menuju kota terdekat yaitu Tumpang.

Dalam perjalanan motor yang dikendarai oleh Mas Wawan, aku melewati padang savanah yang indah, melewati bukit teletubbies. Dan kalau boleh jujur ini adalah perjalanan dengan motor yang paling menantang, dengan medan yang sulit tapi diiringi dengan pemandangan alam yang luar biasa. Dalam perjalanan juga kita bisa melihat jeep-jeep yang membawa pendaki ke Mahameru menuju Ranu Pani.
 


Perjalanan Motor Revo Menuju Malang

Perjalanan Cemorolawang menuju Arjosari kota Malang menggunakan Motor Revo adalah kurang lebih 3 jam dengan 1 kali berhenti di Indomaret Tumpang kurang lebih 15 menit untuk istirahat. Biaya jasa motornya saja 300 ribu rupiah. Tapi menurut aku itu sepadan dengan tantangan dan pemandangan yang kita dapat.

Menurut aku kalau mau ke Bromo dari Jakarta adalah menggunakan pesawat (syukur-syukur dapat promo) Soetta ke Juanda, lanjut ke terminal Bungurasih untuk melanjutkan perjalanan ke Probolinggo dan melanjutkan perjalanan dengan ELF/BISON menuju Cemorolawang.


Tanggal : 9 - 12 Mei 2013